Mental Health : Love Yourself
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apakah kita pernah mendengar dan bahkan melihat orang-orang
disekitar kita sering bertengkar, berteriak, dan bahkan sampai mengeluarkan
kata‑kata kotor seperti cacian dan hinaan? Tentu itu merupakan fenomena habits
yang tidak bisa dihilangkan dari kondisi sosial kehidupan kita. Kondisi seperti
ini yang kita sebut sebagai “gangguan mental” pada tingkat sosial. Merujuk pada
era ini, setiap kita sering terjerumus dalam selimut gangguan mental yang tanpa
kita sadari bahwa ini sangat bersifat “dangerous” bagi diri kita apalagi
dampaknya akan berimbas pada orang terdekat. Memang terlihat spontan dan
gampang jika kita membicarakan tentang isu kesehatan mental. Namun, penting
untuk dihilangkan isu-isu seprti ini dengan cara dan metode yang bisa dibilang
akan sulit digertakan seiring dengan cepatnya keseimbangan modernisasi yang
terus memuncak dan berkeliaran seakan tidak terbendung lagi. Maka, mari dengan
seksama kita menjelajahi isu kesehatan mental ini, khususnya terkait dengan
gangguan produktivitas dan sosialitas yang termenung dalam diri kita
masing-masing. Karena isu serupa terbilang memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku bagi seseorang yang mengidap “kondisi
medis” desease.
Gejala dan Dampak
Sama halnya
dengan sebagian penyakit lainnya yang tidak pernah lepas dari dampak dan sebab
munculnya sebuah penyakit, namun – disini gangguan mental bukanlah sebuah penyakit
yang susah diobati. Gangguan Mental itu sendiri muncul karena pengaruh virus
biologis, tekanan sosiogenik dan somatogenik. Hmmm, tetapi yang lebih melekat
adalah karena pengaruh genetik yang memukau pada somatogenik. Misalnya, anak‑anak
yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual usia dini, juga
kurangnya kasih sayang dari orang terdekat bisa sangat memicu pengaruh seseorang
akan merasa depresi berat hingga merusak tumbuh kembang pikirannya. Iya,
meskipun dampaknya bukan terjadi sekarang, tetapi lambat laun pasti akan
terjadi ketika orang itu beranjak dewasa. Dan dipastikan akan ter-lihat dari
sifat dan tingkah lakunya kelak. Mulai dari mengalami-ketakutan dan tentunya
akan menarik diri dari keluarga, pertemanan dan lingkungan akibat mendapatkan bullying
dan Body Shaming misalnya yang sangat menusuk dan bahkan sangat membekas
pada diri seseorang atau disebut krisis
identitas yang merupakan dampak yang paling serius. Karena itu kerapkali seolah
melucuti rasa percaya diri seseorang dan kemudian bisa memicu resiko seperti depresi
atau kecemasan, bipolar,juga dapat menurunnya nafsuh makan dan minat, serta
kesulitan berkonsentrasi karena tekanan stigma yang di‑peroleh. Sayangnya,
kondisi semacam ini masih mendapat-perhatian-minim dari orang ”terdekat”.
Ada sebuah
kisah nyata yang dialami teman perempuan saya yang sempat mengalami depresi dan
bipolar yang terbilang sangat menyakitkan. Kita sebut saja namanya “ Anisa”.
Anisa ini berasal dari keluarga yang hidupnya sederhana dan berkecukupan.
Sayangnya kondisi “Kedamaian-Keseimbangan-Keharmonisan-Kerukunan” hampir tidak
bisa ditemukan lagi dalam lingkup rumah-nya. Dia sering mendapat kekerasan dari
orang-tuanya, juga sering di anak-tirikan dalam keluarganya. Sedangkan, dia
merupakan anak paling sulung. Mengikuti alur waktu, Anisa semakin terpukul dan
merasa tidak pernah mendapat kasih sayang yang pantas sebagai layaknya seorang
putri kandung dari kedua orang-tuanya. Hingga suatu ketika dia nekat melucuti
tangan kiri-nya dengan pisau kecil sampai terluka dan lukanya lumayan parah. Ya,
karena saya sempat diperlihatkan foto luka-nya. Di-sebuah lingkungan sosial
juga dia sering mendapat diskriminasi terkait body-shaming yang
membuatnya seketika murka dalam kesendiriannya. Anisa juga beberapa kali
mendapat pelecehan dari orang-orang terdekatnya, namun dia tidak berani
berbicara lantang atau “Speak-Up” layaknya Marsinah atapun Najwa Sihab, hehehe
kok jadi kesana ya. Iyaya, singkatnya seperti itu gambaran kisah dari Anisa
yang mungkin akan menginspirasi kita semua, mudah-mudahan.
Mengatasi-nya
agar tidak mengakar
Seperti yang
dilakukan oleh Anisa sendiri sudah termasuk dalam trik dan cara mengatasi
individu yang terkena gangguan mental. Iya, menceritakan kisah pedih kepada
kawan dan orang terdekatnya agar bisa melepaskan penat yang terselubung. Hal
ini juga dapat membangun komunikasi dan kepercayaan terhadap orang terdekat,
dan bisa menjalin kekerabatan lebih harmonis. Bisa juga dengan menanamkan
pikiran positif dan melakukan kebajikan terhadap sesama, dan jangan lupa
mengonsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi, seperti yang di sampaikan oleh
@redaksidoktersehat. Walaupun banyak khalayak yang lebih memilih untuk
mendiamkan-nya saja daripada menyalurkan keluhnya kepada orang lain dan merasa
bahwa itu juga termasuk cara mengatasinya, iya tidak salah juga sih. Akan
tetapi, yang disarankan adalah menyalurkan beban pikiran dengan menceritakan
kepada orang lain lebih ampuh dalam menjaga kesehatan mental. Sebagai contoh
jika anda memikul sebuah kardus besar yang berisikan buku sebanyak lima puluh
eksemplar iya harus ada yang bantu biar lebih ringan. Cara yang lain juga
seperti melakukan meditasi atau mendaki gunung sangat berpengaruh dalam menjaga
imajinasi untuk mengekarkan kondisi otak. Iya, sesekali luangkan waktu untuk
menikmati panorama alam dengan ber-camping dan climbing. Sebagai
seorang yang hidup mandiri. Saya sendiri sering merasa bahwa mental saya
terganggu. Selain menceritakan keluh kepada orang terdekat saya
melampiaskan-nya kepada hobby dan karya seperti : menulis dan membaca. Iya
,usahakan untuk tidak terlalu bergantung pada gadget. Karena saya sendiri pernah
merasa bahwa sebagian diri saya hancur ketika terlalu lama tekun di media
sosial. Padahal saya tidak melakukan bisnis melalui media sosial. Iya, hanya
menonton video memes lucu dan sesekali bermain game. Sangat tidak berguna ya
kalo dipikir lagi, hehehe. Namun ,dengan lingkungan yang jauh dari kata toxic
juga sangat membantu kita untuk menyembuhkan diri dari stigma mental itu
sendiri. Saran saya ya jangan melakukan hal monoton yang bisa menghambat tumbuh
kembang pikiran dan nalar kita. Karena dewasa ini banyak sekali orang-orang
disekitar saya, yang lebih memilih mengonsumsi zat adiktif ; alkohol-rokok,
untuk menenangkan diri. Hmmm, hal ini terbilang sangat ekstrim bukan? Oh jelas,
ini sangat brutality. Ketika putus cinta misalnya, kawan saya sebut saja
Mario, yang acap sering mabuk-mabukan entah itu di kos,club maupun di pantai.
Dia merasa legah dan adem ketika mengonsumsi zat adiktif tersebut. Manakala dia
tidak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi pada dirinya di-kemudian hari.
Bego gak sih? Sangat Bego. Saran keras dari saya secara personal agar saya dan
kalian jangan mengikuti trik dan cara yang bodoh seperti Mario. Karena itu
hanya akan menambah dan merawat gangguan mental kita tetap beranjak. Iya, kita
semua memiliki masalah pribadi dan sosial yang hampir sama, entah itu finansial
ataupun internal family. Tapi kita harus bisa mengontrol-nya. Carilah celah
jalan keluarnya agar bisa sedikit bebas menatap dunia yang hampah ini.
Sekian
tarian kalimat dari saya semoga bermanfaat dan bisa sedikit menyembuhkan
gangguan mental yang menyelimuti kita semua. Terima kasih banyak!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar