Coretan Luka

Gambar
          Pernah mengakhiri cinta dengan nada ciuman yang sudah dihembuskan,apakah itu kecupan romansatika? Hmmm,aku termasuk badut tak bersenjata yang mendulang dalam keprihatinan. Cerita ini lahir ketika dua ruang sedang memacu dirundup keterbatasan pikiran. Aku menulis ini untuk sang kekasih yang tak cukup memandu insan. Bukankah begitu cinderella- ku?. Aku pernah memana dalam putaran waktu. Kala itu sedang memetik untaian tali kecapi yang menghias di ingatan. Entah tiraian manalagi yang akan aku gaungkan. Memaksa batin untuk terus terang pada kecukupan candu. Aku tau betapa cengengnya diriku. Hanya darimu yang selalu menganggapku kelabu. Pusing! Adalah aku yang selalu tertawa dalam sedih tiranimu. Kau selalu menang dalam perihal kata tanya,tanpa kau garuk betapa tersiksanya diriku. Anggapan itu hanya sebuah dusta bagi kita yang belum menyatu. Berlari-menari-dan berpaling adalah buruknya siksaan candamu. Hmmm,aku tau itu hanya semata m...

Aku dan Romana-Ku

    Gemerlap malam ini lebih memekat dibandingkan dengan daluh-daluh sebelumnya. Malam yang penuh kerisauan. Cumbu filosofi datang berantara, menubruk gelang kegelisahan.

Hari ini benar-benar rindu. Aku rindu merdu suaramu, aku rindu sapaanmu,aku rindu nyanyianmu,aku rindu hidangan masakanmu,aku rindu canda tawamu,aku rindu renunganmu,aku rindu tangisanmu,aku rindu wangi badanmu,aku rindu ruang diskusimu,aku rindu nasihatmu,aku rindu teguranmu,Mama.

(sumber : bsilhk)


Selalu terngiang parasmu disetiap selah jalan yang aku jalari. Kau hanya tersenyum dan sesekali kau terpaku menatapku dari jendela duniamu.

Kami percaya bahwa engkau sedang menjaga kami. Kami sangat merindukanmu, Mama. Gulita kali ini membuat aku sedikit tertekan. Mengingat semua kenangan bersamamu. Kami merindukan jaga dan tawamu. Terpaan gurauan seperti dipinjamkan. Kami merasa gugur tanpa keriput dan keringatmu Romana. Hari demi hari batin-ku menangis seakan masih tak percaya bahwa kau telah tiada. Langkah-langkah kami selalu dihantui bayanganmu. Kami sangat merindukanmu.

Aku rindu rayuan. Aku rindu suruhan. Aku rindu pijatan. Aku rindu masakanmu. Kami hanya bisa meratap bahwa kasih dan cintamu penuh dengan bekasan. Malam ini aku termenung, seakan mendengar bisikan-bisikan yang pernah kau ucap di waktu lalu. Berbaring mamantau angkasa hingga tak kuasa menahan air mata. Hati dan tangan bergandengan memaksaku untuk meluapkannya ditulisan ini. Berpikir bahwa ini adalah tempat aku meneduhkan sengatan usik yang hampir setiap waktu melintas di dahi-ku. Siang tadi aku melihat ada tulisan yang melintas disebuah laman yang bertuliskan ;

makanan favorit ibu adalah kepala ikan,sisanya punya-ku”

 

Aku menatap baca tulisan ini selama hampir dua puluh menit. Terharu dan tercengang mengingatmu. Kalimat ini berlangsung ketika ibu memotong seekor ikan dan membagikannya kepadaku. Benar-benar nyata! Aku mengingat segalanya tentang-mu. Aku adalah bukti semuanya tentang mu.

Beberapa hari lalu aku melihat ada seorang nenek sedang berjualan kopi di depan gang masuk menuju sebuah perkampungan. Aku menatapnya sekejap dan mengajaknya berbincang. Aku membayangkan setiap ucapan dan senyumannya adalah dirimu. Karena aku sangat ingin melihat keriput kulitmu. Uban rambut dan bungkuk punggungmu. Mama, air mata ini tak bisa ditahan lagi.

Sampai detik ini aku masih merasakan deruhmu. Kau tak jauh dari lingkupku. Kau selalu bersemari bersamaku. Kemana dan dimanapun aku, kau selalu menghinggapiku, Romana-ku.

Entalah ada apa dengan kebaradaanmu. Siapa lagi yang harus kami takutkan di dunia ini? Kematian? Kehidupan? Tidak. Hanya padamulah kami harus takut. Untuk apa kami takut pada hidup dan mati sedangkan rahim kami sudah tiada. Tuhan Allah-lah yang kami takutkan. Kami masih mengingat senjata kehidupan yang engkau canangkan dalam benakku.

 “Jikalau suatu saat kau keluar jauh dari rumah, janganlah mengambil barang orang lain yang mana itu  bukan milikmu, janganlah berkata bohong terhadap orang lain,selalu rendah hati dan bersikap sabar, ingat itu nak kita orang susah, jangan buat keluarga kita malu karena perbuatan kalian.”

Kata-kata ini adalah sebuah amunisi yang diberikan ibu untuk berperang melawan kenyataan hidup. Berbagai pulau aku lalui,berbagai kota dan perkampungan aku ngitari, hanya bermodalkan amunisi ibu yang ampuhnya seperti di kehidupan imajinasi. Alhasil aku sudah menjadi aku yang sekarang.

Perjalanan panjang yang aku lalui tanpa kabar darimu, membuat hati dan pikiranku sesekali menyapa, untuk apakah ini semua?

Kami menangis bersama didepan altar kuburanmu, jemari berteriak merekam seduh isakan. Mengelus rumah barumu dan menghiasinya dengan serpihan bunga. Entah bahagia apakah ini?

Bagaikan mimpi buruk yang datang menghampiri. Penuh girangan keheranan. Sontak merasa terjebak. Semua badan diterpa gemetar dan kehilangan segala rasa. Panik usai berlalu, bertekuk lutut dan memohon agar yang kuasa mengasihi dan memberi keajaiban. Tapi tak kuasa dan hanya kepasrahanlah yang bisa kami haturkan. Ujian yang sangat kejam.

Untukmu, malam ini aku sedang meratapimu.

Aku sedang membaringkan bisikanmu,

Aku sedang bermain dengan batangan krayonmu,

Aku sedang menggambar deruh letihmu,

Semua itu aku lakukan dalam jembatan kasih-mu.

Sembari mengulik kembali canda dan tawamu, aku jadi teringat tentang semua kebohonganmu kepada kami. kau selalu berbohong bahwa kau tidak lapar dan membiarkan kami menghabiskan semua makanan yang ada, kemudian kau bertanya tentang lezatnya makanan itu. Sembari tersenyum kau menutupi rasa perih kelaparanmu. Kau wanita hebat! 

Kau melakukan segala hal tanpa berkeluh kesah. Kau melakukannya dengan tulus. Kau menggendongku sembari menyiram. Kau menyusuiku sembari mencuci. Kau sangatlah indah. Kau sangat tulus, melakukannya tanpa kesepakatan janji. Dalam kemuliaan hati kau pantas disebut Bidadari. Nyawa yang tak pernah adalah nyawa Ibu.

Dirimu adalah bauh pendidikan pertama bagi kami. Kau mengajari kami merangkak,duduk,berdiri,dan berlari. Semua itu kau ajari dengan kasih dan tak kenal lela. Tanpa memikirkan balasannya untukmu. kesabaranmu tidak bisa diuji dengan sebuah mesin ataupun benda buatan manusia tetapi kesabaranmu hanya bisa diuji dengan ingatan dan cinta. Kaulah pengorbanan yang sesungguhnya.


Mengingat Lupa!

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaum Anti Tolol

Profil dan Sejarah Lebanon