Coretan Luka

Gambar
          Pernah mengakhiri cinta dengan nada ciuman yang sudah dihembuskan,apakah itu kecupan romansatika? Hmmm,aku termasuk badut tak bersenjata yang mendulang dalam keprihatinan. Cerita ini lahir ketika dua ruang sedang memacu dirundup keterbatasan pikiran. Aku menulis ini untuk sang kekasih yang tak cukup memandu insan. Bukankah begitu cinderella- ku?. Aku pernah memana dalam putaran waktu. Kala itu sedang memetik untaian tali kecapi yang menghias di ingatan. Entah tiraian manalagi yang akan aku gaungkan. Memaksa batin untuk terus terang pada kecukupan candu. Aku tau betapa cengengnya diriku. Hanya darimu yang selalu menganggapku kelabu. Pusing! Adalah aku yang selalu tertawa dalam sedih tiranimu. Kau selalu menang dalam perihal kata tanya,tanpa kau garuk betapa tersiksanya diriku. Anggapan itu hanya sebuah dusta bagi kita yang belum menyatu. Berlari-menari-dan berpaling adalah buruknya siksaan candamu. Hmmm,aku tau itu hanya semata m...

Girolamo Savonarola : Aktivis Gereja Italia yang Terbunuh


"It would be good for religion if many books that seem useful were destroyed. When there were not so many books and not so many arguments and disputes, religion grew more quickly than it has since." – Girolamo Savonarola.

 

Statements diatas merupakan kutipan dari seorang pemimpin agama dan sosial yang paling kontroversial dari Florence, Italia. Juga seorang relawan dan hebatnya lagi dia seorang frater yang dikemudian hari menjadi seorang martir. Berawal dari aksi-aksi brutalnya yang kemudian menjadikan dia salah satu sosok frater yang menjadi musuh besarnya Paus Aleksander VI. Disisi lain dia juga dikenal karena gerakan reformasi dan kritiknya terhadap kehidupan masyarakat terkait dengan korupsi, eksploitasi orang miskin dan ketidakmoralan. Siapakah dia?

 

 

                                                   (sumber : biteproject.com)

 

Riwayat Savonarola

Dia adalah Girolamo Savonarola seorang biarawan dan pengkhotbah Dominikan Italia yang lahir sekitar (21 September 1452 - 23 Mei 1498) juga merupakan seorang frater Dominikan dan tokoh pemikir rohaniwan serta seorang reformator asal Italia. Ia terkenal karena perannya sebagai pengkhotbah dan pemimpin politik yang sangat keras dan tegas terhadap kemewahan, korupsi, dan moralitas yang dianggapnya tidak pantas di kalangan Gereja Katolik dan masyarakat Florentine.

Adapun hal lain yang menjadikannya terkenal adalah karena khotbah-khotbahnya yang  menentang korupsi di Gereja Katolik, gaya hidup boros, dan keliaran moral di kalangan elit kota Florence pada saat itu. Ia mengutuk kehidupan penuh hura-hura, hiburan berlebihan, permainan judi, dan lukisan serta karya seni lainnya yang dianggap tidak bermoral.

Puncak kekuasaan Savonarola berlangsung antara tahun 1494 hingga 1498. Pada masa ini, Florence mengalami periode reformasi moral yang keras dan pengaruhnya di kota tersebut sangat besar. Savonarola mendirikan "Kebangkitan Florence," yang bertujuan untuk membawa masyarakat kembali kepada kehidupan rohani yang lebih sederhana dan taat beragama.

Karya-karya Savonarola

Karya-karyanya, terutama ceramah dan tulisan-tulisannya, memiliki dampak besar pada masyarakat dan politik Italia pada masa itu. Beberapa karya paling berpengaruh dari Girolamo Savonarola adalah: Pertama, "Prediche" (Ceramah): adalah kumpulan ceramah yang disampaikan oleh Savonarola kepada para pengikutnya di Basilika Santo Markus di Florence. Ceramah-ceramah ini menyoroti kelemahan moral dan korupsi Gereja Katolik serta penguasa politik pada masanya. Pesan-pesannya tentang penyesalan, pertobatan, dan perlunya kembali kepada nilai-nilai keagamaan menarik banyak pengikut dan membuatnya menjadi tokoh yang kontroversial karena dikecam berlawanan dengan pihak lain. Kedua, "De Simplicitate Christianae Vitae" (Tentang Kesederhanaan Hidup Kristen): Karya tulis ini berbicara tentang perlunya kesederhanaan dalam kehidupan Kristen. Savonarola menekankan pentingnya meninggalkan kehidupan duniawi dan berkonsentrasi pada kesalehan dan pertobatan. Dia mengecam gaya hidup mewah dan materialistik para pejabat gereja dan bangsawan pada masa itu. Ketiga, "De Ruina Ecclesiae" (Tentang Keruntuhan Gereja): ini adalah sebuah buku berisikan kritik mendalam terhadap Gereja Katolik pada masa itu, menuduh para pemimpin gereja terlibat dalam korupsi dan kehidupan yang tidak bermoral. Tulisannya mencerminkan keprihatinan atas krisis moral di kalangan klerus dan menyerukan perubahan besar dalam Gereja. Keempat, "Triumphus Crucis" (Kemenangan Salib): Karya ini berbicara tentang kebangkitan agama dan menyebutkan tanda-tanda kemunduran gereja dan moralitas. Savonarola menyatakan bahwa kemenangan akan datang melalui penyesalan dan pertobatan.

Karya-karya Savonarola telah memberikan dampak besar pada masa dan wilayahnya, menginspirasi gerakan reformasi agama di Italia pada masa itu. Meskipun begitu, warisan intelektual dan spiritualnya tetap relevan dan menjadi bagian penting dari sejarah gereja dan masyarakat Renaissance Italia. Giroloma Savonarola, seperti kebanyakan Reformis Kristen, memberikan penekanan khusus pada otoritas Alkitab. Dia berkomentar: "Saya mengkhotbahkan regenerasi gereja, mengambil Kitab Suci sebagai satu-satunya panduan saya."

 

Dampak Perlawanan Savonarola

Dalam catatan sejarah Ensiklopedia Katolik yang meringkas beberapa dampak dari perlawanan gerilya sang martir ‑ Savonarola, antara lain:  Pertama, “Perlawanan terhadap korupsi gereja”: Savonarola menentang kemewahan dan korupsi yang melanda gereja Katolik dan mengecam gaya hidup boros dari para pemimpin gereja serta menuntut mereka agar hidup lebih sederhana dan mengikuti ajaran agama secara ketat. Upaya ini menciptakan kesadaran akan isu-isu moral dan etika di kalangan masyarakat Florence. Kedua, “Pengaruh dalam politik Florence”: Savonarola mendukung pembentukan pemerintahan republik di Florence dan menyatakan bahwa penguasa pribadi (tyranny) harus dihapuskan. Ia memiliki pengaruh kuat dalam politik kota dan mendukung penegakan undang-undang moral yang lebih ketat. Namun, pengaruhnya pada pemerintahan akhirnya berakhir ketika ia dihukum mati karena tuduhan ajaran sesat dan memberontak terhadap Gereja Katolik. Ketiga, “Pembakaran Barang-Barang Mewah (Bonfire of the Vanities)”: Salah satu tindakan terkenal dari perlawanan Savonarola adalah penyelenggaraan "Bonfire of the Vanities" (Lemparan Api Barang-Barang Mewah). Ia memimpin upacara besar di mana barang-barang mewah seperti perhiasan, pakaian mahal, lukisan, dan alat musik dibakar sebagai simbol penolakan terhadap kemewahan dan kebejatan moral. Aksi ini menandai perubahan besar dalam masyarakat Florence dan mencerminkan pendekatan moralis yang ketat. Keempat, “Dampak jangka panjang pada seni dan budaya”: Aksi penyucian dan penolakan terhadap seni dan karya seniman kontemporer yang dilakukan oleh Savonarola berdampak pada dunia seni Florence. Beberapa seniman, seperti Botticelli, berhenti melukis tema-tema mitologi dan sensualitas yang sebelumnya populer dan beralih untuk menggambarkan tema-tema agama. Kelima, “Meningkatnya perlawanan terhadap kekuasaan Gereja Katolik”: Meskipun Savonarola akhirnya dihukum mati oleh Gereja Katolik, perlawanannya telah membangkitkan semangat perlawanan terhadap kekuasaan gereja yang korup dan konsolidasi kekuasaan politik pada saat itu. Semangat ini meluas ke beberapa gerakan Reformasi yang muncul kemudian hari di Eropa dan berkontribusi pada pembentukan denominasi-denisnasi Protestan. Perlawanan Savonarola juga diberi kritik karena dianggap fanatik dan mendukung pembersihan sosial yang keras. Bagaimanapun, tidak dapat dipungkiri bahwa perlawanannya meninggalkan warisan bersejarah yang signifikan dalam sejarah Florence dan Italia.

Savonarola melawan beberapa kelompok dan individu selama masa kegiatan reformasinya di Florence. Beberapa pihak yang dilawannya seperti : Paus dan Hierarki Gereja Katolik: mereka ditentang karena ajaran dan praktek-praktek kotor Gereja Katolik pada zamannya yang mempraktik penjualan indulgensi dan korupsi yang ada di dalam hierarki gereja. Pandangannya yang kritis terhadap Gereja Katolik dan kritiknya terhadap Paus sering menyebabkan konflik dengan Gereja. Terdapat sosok Lorenzo de' Medici: Lorenzo de' Medici, yang dikenal sebagai Lorenzo Agung, adalah penguasa de facto Florence saat itu. Savonarola adalah kritikus vokal dari keluarga Medici dan pemerintahan mereka. Ia mengecam kemewahan, gaya hidup hedonistik, dan pengaruh yang dimiliki keluarga Medici di kota itu.

Pun terkait Kekuasaan Budaya Duniawi: Selain menentang Gereja dan penguasa politik, Savonarola juga melawan budaya duniawi dan kesenangan duniawi yang berlebihan yang terjadi di kalangan masyarakat Florence. Ia menyerukan agar warga mengubah cara hidup mereka dan kembali kepada kesalehan dan spiritualitas sesuai ajaran .

 

 

Kematian Savonarola

Namun, pengaruh dan pemerintahan Savonarola tidak berlangsung lama. Pengkhotbah keras ini akhirnya menimbulkan oposisi dari kelompok politik lain, dan pada akhirnya, ia ditangkap, diadili, dan dihukum mati pada tahun 1498. Ia dieksekusi dengan cara dibakar di tengah kota Florence, dan mengakhiri masa pengaruhnya yang singkat tetapi signifikan. Saat menghadapi kematian, Savonarola berdoa, "Ya Tuhan, Engkau telah menghapus kesalahanku seribu kali. Aku tidak mengandalkan pembenaranku sendiri tetapi pada belas kasihan-Mu”. Savonarola sendiri akhirnya dihadapkan pada tantangan politik dan teologis yang berat, dan akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena dianggap mengancam stabilitas politik dan keagamaan pada zamannya. Pada tanggal 23 Mei 1498, ia dieksekusi oleh pemimpin kota Florence setelah mendapat tuduhan bid'ah dan korupsi moral.

Di sela-sela siksaannya, dia menulis meditasi tentang Mazmur 32 dan 51, yang kemudian diterbitkan Martin Luther, menyebutnya sebagai "ujian injil dan kesalehan Kristen". (Christianity.com)

Saat uskup menanggalkan pakaian imamatnya, dia berkata, "Saya memisahkan kamu dari gereja yang militan dan dari gereja yang berjaya." Savonarola menjawab, "Itu di luar kemampuanmu." Saat tubuh pembaharu itu dibuang ke dalam api, para pengejek berteriak, "Jika Anda dapat membuat keajaiban, buatlah sekarang!" Tangannya terangkat, dua jari terulur, seolah memberkati kerumunan, yang panik dan melarikan diri dari alun-alun, menghancurkan beberapa anak sampai mati. (Foster, K. "Savonarola, Girolamo." Ensiklopedia Katolik Baru. New York: Thomson, Gale, 2002).

 

Selama hidupnya, Girolamo Savonarola menjadi simbol perlawanan terhadap korupsi di Gereja dan penguasa, dan meskipun pendapat tentangnya terbagi, ia tetap dikenang sebagai tokoh yang mencoba mengubah masyarakatnya dengan keras kepala dan tekad yang kuat.

Savonarola melawan beberapa kelompok dan individu selama masa kegiatan reformasinya di Florence. Beberapa pihak yang dilawannya seperti : Paus dan Hierarki Gereja Katolik: mereka ditentang karena ajaran dan praktek-praktek kotor Gereja Katolik pada zamannya yang mempraktik penjualan indulgensi dan korupsi yang ada di dalam hierarki gereja. Pandangannya yang kritis terhadap Gereja Katolik dan kritiknya terhadap Paus sering menyebabkan konflik dengan Gereja. Terdapat sosok Lorenzo de' Medici: Lorenzo de' Medici, yang dikenal sebagai Lorenzo Agung, adalah penguasa de facto Florence saat itu. Savonarola adalah kritikus vokal dari keluarga Medici dan pemerintahan mereka. Ia mengecam kemewahan, gaya hidup hedonistik, dan pengaruh yang dimiliki keluarga Medici di kota itu.

Pun terkait Kekuasaan Budaya Duniawi: Selain menentang Gereja dan penguasa politik, Savonarola juga melawan budaya duniawi dan kesenangan duniawi yang berlebihan yang terjadi di kalangan masyarakat Florence. Ia menyerukan agar warga mengubah cara hidup mereka dan kembali kepada kesalehan dan spiritualitas sesuai ajaran .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaum Anti Tolol

Aku dan Romana-Ku

Profil dan Sejarah Lebanon