Coretan Luka

Gambar
          Pernah mengakhiri cinta dengan nada ciuman yang sudah dihembuskan,apakah itu kecupan romansatika? Hmmm,aku termasuk badut tak bersenjata yang mendulang dalam keprihatinan. Cerita ini lahir ketika dua ruang sedang memacu dirundup keterbatasan pikiran. Aku menulis ini untuk sang kekasih yang tak cukup memandu insan. Bukankah begitu cinderella- ku?. Aku pernah memana dalam putaran waktu. Kala itu sedang memetik untaian tali kecapi yang menghias di ingatan. Entah tiraian manalagi yang akan aku gaungkan. Memaksa batin untuk terus terang pada kecukupan candu. Aku tau betapa cengengnya diriku. Hanya darimu yang selalu menganggapku kelabu. Pusing! Adalah aku yang selalu tertawa dalam sedih tiranimu. Kau selalu menang dalam perihal kata tanya,tanpa kau garuk betapa tersiksanya diriku. Anggapan itu hanya sebuah dusta bagi kita yang belum menyatu. Berlari-menari-dan berpaling adalah buruknya siksaan candamu. Hmmm,aku tau itu hanya semata m...

Menolong Mahasiswa yang Bodoh


“Kebodohan seorang pelajar terlihat pada saat dia mengaca. Kesepian halusinasi melanda sedang menyapa siapa dirinya” – Kristian Ndori.

 

Akhir-akhir ini saya sering membaca beberapa peristiwa-peristiwa gaduh yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang kurang ajar. Ada kasus pembunuhan,perkelahihan bahkan perzinaan. Adapun kasus-kasus serupa dilakukan dalam keadaan sadar maupun tanpa sadar. Ini rasanya seperti lawakan pelajar terhadap sebuah lembaga yang ditumpanginya. Mengapa saya katakan “Kurang Ajar”? disamping kurang senonoh keterlibatan pengajar juga berpangkal pada ketimpangan itu. Kegagalan akan hal kepengawasan juga sangat berdampak. Meskipun berada diluar dugaan. Membaca dari kasus Pembunuhan yang terjadi di salah satu kampus di Kota Malang baru-baru ini,membuat saya begitu shock. Ini dikarenakan adanya oknum pelajar yang masih berada pada kantong kebodohan. Cekcok yang terjadi antar pelajar ini berawal dari sebuah serial pesta yang diadakan karena selamatan dan syukuran disalah satu kafe yang usai wisuda pada Juni lalu. Korban dikeroyok hingga tewas dan tragisnya perselisihan ini dilanda sesama suku dari Nusa Tenggara Timur tepat di jalan Karyawiguna belakang kampus Muhammadiyah Malang. Dilangsir dari Kompas.com bahwa adanya penyimpangan seksual yang dilakukan mahasiswa UGM di lokasi KKN. Ketimpangan ini dilakukan di sebuah rumah Kades di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Dari kedua kasus diatas kita bisa melihat seperti apa kualitas beberapa oknum pelajar yang terhimpit dalam jeratan ketololan. Apakah ini merupakan hasil yang mereka peroleh dari sebuah lembaga pendidikan ataukah ini datang dari individual masing-masing. Jika ini merupakan sebuah hasil pencernaan dari apa yang didapatkan dari kampus kemudian dipaparkan oleh oknum mahasiswa ini yang juga merupakan dampak dari lingkungan kampusnya juga maka perlu adanya perbaikan jalan untuk merenovasi sistem birokrat kampus itu. Jika hal ini berbalik datang dari kepribadiannya maka itu adalah bunga kedunguannya. Tanpa berpikir panjang mengenai jerih payah dan perjuangan orang tua membiayai mereka untuk merayap ketangga masa depan yang gemilang. Ambiguitasnya terlalu merona sehingga kebingungan menerpa dan menetap. Terkadang kita terlalu percaya diri bahwa omongan teman adalah jalan terbaik. Teman yang baik adalah mereka yang mengajarkan hal-hal yang produktif dan bermanfaat bukan produktif untuk menjerat dan menyeret kedalam stigma non-kebajikan. Penyalahgunaan lingkungan juga acap kali ditangiskan. Paradigma pendidikan hampir tercoreng karena kebablasan mahasiswa dalam mewarnai habitat.

Dewasa ini,banyak sekali mahasiswa yang berpuas diri dan merasa hebat dengan suatu hal yang belum mereka kuasai sepenuhnya. Hal ini seperti yang saya temui diberbagai circle. Mereka merasa hebat ketika terikat dengan puluhan organisasi yang bahkan mereka sendiri tidak paham apa visi dan misi dari organisasi yang dianutnya itu. Pernah suatu ketika saya berbincang dengan orang yang baru mulai tekun membaca tapi hanya untuk menyerang orang-orang yang belum sepemahaman denganya. Dia tetap memaksa agar orang itu menjiblak pembicaraannya dan diwajibkan untuk mengatakan bahwa dia sangat hebat disamping itu. Hal ini sangat mengganggu kredibilitas seorang pelajar yang bersungguh-sungguh untuk berevolusi.

(sumber ; kappanonline.org)


Kita sendiri tau bahwa lebih banyak mahasiswa yang belajar otodidak dibandingkan mendengarkan dosen sedang mengajar dalam ruangan kelas. Itu adalah masalah serius bagi pihak kampus. Namun lembaga seolah tidak memperdulikan itu mereka hanya menjalankan tugas dan berpeluk pada pekerjaannya saja. Disisi lain, mahasiswa memanfaatkan istilah “Dosen jarang masuk” sebagai fenomena yang sangat idealis. Agar mereka bisa menjalankan habbit yang tidak bermanfaat dengan lancar dan tenang contohnya seperti bermain game tanpa kenal waktu (tidak istirahat). Waktu mereka terbuang sia-sia. Daripada melakukan riset dan menggali ilmu yang belum mereka ketahui,lebih baik rebahan sambil bermain game biar tidak pusing. Tolol!

Hal serupa juga terjadi pada pembekuan bakat dan minat karena sebuah organisasi yang masih melilit pada istilah “kanda-dinda”. Sebenarnya ini masuk dalam konsep diskriminasi yang abstract. Himpunan yang dibangun untuk bergotong-royong hanya berpihak pada mereka yang lebih dominated daripada mereka yang hanya datang untuk mengisi bangku kosong. Dan itu bahkan bertahun-tahun dibiarkan. Disini saya tidak menyalahkan organisasi-organisasi tetapi sistem birokrat dalam berorganisasi yang saya serang. Agar tercerahkan untuk mengajak mereka bersama-sama bangkit dan tidak menjadi Hama-siswa. Mahasiswa yang bodoh hanya tau memuji orang lain tanpa merehabilitasi dan melakukan revolusi terhadap dirinya sendiri. Saya senang ketika membaca buku karya Muhammad Rafi Azzamy yang menulis buku “Panduan Melawan Sekolah”. Dia mendobrak dan mengkritik sistem dan aturan lembaga pendidikan yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

Sembari berguling dialas ilmu pengetahuan kita juga harus perlu melihat kebelakang,dan bertanya siapakah orang yang menopang saya saat ini. Karena sesungguhnya kita tidak peduli dan sadar akan keberpihakan kita. Tindakan-tindakan asusila yang dilakukan oleh beberapa oknum pelajar seperti kedua kasus diatas juga dapat dipengaruhi dan bahkan tidak lepas dari identitasnya ; latar belakang kepribadiaanya. Seperti yang dikatakan oleh seorang sahabat saya Miri Paryas yang juga seorang penulis dan aktivis yang mengangkat pandangannya terkait kebodohan. Kebodohan adalah hal yang paling krusial yang ada disetiap manusia dan susah sekali untuk dibasmi. Hal demikian yang akan menimbulkan tindakan asusila dirana publik dengan label pendidikan. Juga pendidikan dan pengetahuan haruslah menjadi episentrum bagi setiap orang agar dia berakal akan mandat hidupnya diberbagai kondisi. Nah, bisa kita simpulkan bahwa konteks politik juga menari-nari dalam amoralitas kasus-kasus yang terjadi di lingkaran kemahasiswaan. Namun,sistem pendidikan yang berlaku dinegeri ini,bukanlah pendidikan yang dicita-citakan oleh payung pendidikan itu sendiri dalam menjadikan manusia yang seharusnya,akan tetapi berbanding terbalik. Bebeda dengan orang yang kondisi pengetahuannya minim yang akan bersifat egois dan tidak percaya pada kepekaan,orang yang banyak ilmu pengetahuannya pun sudah mencapai puncak pengetahuannya akan bersifat rasioanal serta lembut perilakunya dan tutur perkataanya tapi tidak terlepas dari pikiran kritisnya itu sendiri.

Kurangnya minat baca juga berdampak besar bagi para mahasiswa. Sangat sedikit siswa yang menghabiskan waktu di-perpustakaan kampus maupun kota. Lebih indah jika bergaung dengan kawan sembari bermain game di sebuah kafe daripada ke perpustakaan bagaikan orang lugu yang tolol menurut pandangan sesatnya.

Kesimpulannya adalah mahasiswa yang bodoh akan tetap menjadi bodoh dengan egoisme-nya. Mereka akan bertambah banyak dan bisa menguasai rana kampus jika tidak ada pertolongan awal dari orang terdekat setelah dirinya sendiri melepas hak-nya. Lama-kelamaan akan menjadi habbit yang dibudidayakan oleh diri mereka sendiri.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaum Anti Tolol

Aku dan Romana-Ku

Profil dan Sejarah Lebanon